Pages

Sunday, October 26, 2014

Iblis dan Petani




Leo Tolstoy seorang penulis dongeng dari Rusia, pernah mengisahkan cerita bagaimana iblis bisa menguasai hati dan pikiran manusia.

Ada iblis melihat seorang petani setiap hari bekerja dengan keras di lahan pertaniannya.

Hasil yang didapatnya sangat minim. Namun petani itu tetap gembira, sangat bersyukur dan merasa puas.

Iblis itu lalu mengutus iblis kecil untuk mengganggu petani ini.

Iblis kecil ini membuat lahan petani menjadi sangat keras, sengaja untuk membuat petani melepaskan niatnya bertani.

Namun petani ini tanpa mengeluh tetap mencangkul seharian tanpa henti. Melihat rencananya gagal setan kecil ini hanya bisa meraba-raba hidungnya lalu meninggalkan petani ini sendirian.

Iblis kecil kedua berpikir, membuat dia lebih susah pasti tidak akan berhasil lagi, lebih bagus saya mengambil semua miliknya, lalu dia mengambil makan siang petani ini yaitu roti dan air minumnya. Dia pikir sekali ini petani pasti akan panik dan memaki.

Si petani ketika berhenti bekerja lalu pergi kebawah pohon untuk beristirahat, dia menyadari makan siang dan airnya telah hilang, lalu dia berkata, "Tidak tahu siapa yang lebih malang dari nasib saya yang membutuhkan roti dan air minum saya? Jika makanan ini memang bisa mengenyangkan dia, itu adalah hal yang baik." Iblis kecil kedua inipun gagal lagi, lalu meninggalkan tempat itu dengan tangan kosong.

Iblis tua merasa heran, apakah tidak ada hal yang bisa membuat petani ini menjadi jahat? Pada saat ini iblis kecil ketiga muncul dan berkata kepada iblis tua, "Saya ada akal yang bisa membuat petani ini menjadi jahat dan malas."

Iblis kecil ini pergi menemui petani dan berteman dengan dia. Petani itu sangat gembira bisa berteman dengannya. Karena iblis kecil ini mempunyai kemampuan untuk memprediksi, ia mengatakan kepada petani tahun depan akan terjadi kekeringan, dia memberikan petani benih lebih banyak, petani mendengar nasehatnya melakukan hal itu.

Benar saja, setahun kemudian terjadi kekeringan semua orang gagal panen hanya petani ini yang berhasil memanen, oleh sebab itu dia menjadi kaya.

Iblis kecil juga mengajar petani menjual berasnya diganti dengan anggur, untuk mendapatkan lebih banyak uang. Perlahan-lahan petani mulai tidak bertani lagi, dia hanya mengandalkan nasehat iblis kecil berdagang, membeli padi dari buruh tani dengan harga sedikit, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar tanpa bekerja keras. Lama kelamaan ia mampu membeli rumah sendiri. Setelah punya satu rumah, ia ingin punya gudang besar, oleh karenanya ia menunda pembayaran, bila membantu orang juga berharap minta uang pelicin, agar uangnya lebih cepat terkumpul untuk memuaskan keinginannya yang semakin besar terhadap materi.

Iblis kecil berkata kepada iblis tua, "Engkau lihat!, sekarang saya akan menunjukkan prestasi saya!" Iblis tua melihat hal ini dengan memuji berkata kepada iblis kecil, "Waduh! Engkau sangat hebat! Bagaimana caranya engkau dapat melakukan semua hal itu?"

Iblis kecil berkata, "Saya hanya membiarkan dia memiliki lebih banyak dari yang dibutuhkannya, dengan demikian dapat membangkitkan sifat keserakahannya."

Makna cerita di atas adalah, sifat manusia sangat rapuh, hidup dalam masyarakat yang telah tercemar polusi ini. Hanya insan yang benar-benar memahami makna hidup ini yang tidak akan tercemar, tersesat, tidak akan panik, tidak akan kacau dan tidak menjadi buta. (Era News)

No comments:

Post a Comment